Waspada Pemilihan PAUD, Bisa Buat Anak Stres Begini Cara Memilih PAUD yang Tepat


Foto via nikita.grid.id, ilustrasi pendidikan PAUD

Jangan biarkan anak anda stres

Seorang dokter baru-baru ini mengungkap bahwa PAUD bukanlah pendidikan tapi bisnis atas nama pendidikan, ini yang lumayan membuat khawatir orang tua.

Bisa saja kualitas pendidik di PAUD tidak profesional karena hal ini, maka dari itu cara tepat ini memudahkan orang tua memilih PAUD yang cocok untuk anak 

Sekarang menyekolahkan anak di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sudah menjadi tren para orang tua.

Seolah-olah kalau anaknya gak di PAUD maka anak akan ketinggalan banyak hal dibandingkan anak yang lain.

Baca juga : Kecanduan Gadget Parah, Dua Anak Bondowoso Berprilaku Gila dan Mengerikan

Padahal gak gitu juga lho Bunda. Banyak ahli parenting yang mewanti-wanti para Bunda yang hendak menyekolahkan anaknya ke PAUD.

Karena tak jarang terjadi anak sekolah di PAUD ternyata malah membuat si kecil stres.

Kami lansir dari laporan yang dimuat di nakita.id, bahwa selama masa balita 75% pertumbuhan otak akan selesai atau biasa juga disebut periode emas, menurut Dr. Sandhu, Ph.D psikolog pendidikan dari University of Cambridge, UK.

Periode emas ini tentunya harus dimaksimalkan melalui pendidikan si kecil usia dini (PAUD) dengan metode yang menyenangkan baik secara informal di dalam keluarga maupun secara formal.

Memilih PAUD formal sebagai tempat kedua untuk menstimulasi tumbuh kembang si kecil tentunya harus melalui pertimbangan yang baik.

Lalu sebenarnya apakah ada PAUD yang kurang baik bagi tumbuh kembang si kecil?

Ketua HIMPAUDI, Prof. Dr. Ir. H. Netti Herawati, M.Si menuturkan bahwa memang ada PAUD yang belum terstandarisasi melalui proses akreditasi.

Baca juga : Jangan Karena ASI Mampet, Diganti Air Putih Untuk Bayi, ini Resikonya Tak Main-main

“Oleh karena itu orangtua sebaiknya jangan hanya melihat gedung atau sekedar karena gurunya berbahasa asing namun juga mempertimbangkan PAUD berdasarkan 8 standar yang juga dinilai pada proses akreditasi”, ungkapnya (10/01/2018).

Moms, berikut standar yang dapat dilihat ketika hendak memilih PAUD menurut Ibu Netti.

1. Standar tingkat pencapaian perkembangan si kecil

Sebelum memutuskan untuk memasukkan si kecil ke PAUD tertentu, sebaiknya Moms Tanya dulu standar pencapaian perkembangannya.

“Jangan sampai si kecil usia 3 tahun dididik seperti si kecil 5 tahun, atau diajari membaca seperti si kecil SD dengan paksaan”, ungkap Ibu Netti.

2. Standar isi

Moms pun bisa bertanya mengenai isi kegiatan yang akan dilalui si kecil nantinya.

“PAUD yang baik materinya akan mencakup 6 aspek, yakni aspek moral agama, bahasa, sosioemosi, fisik, kognitif, seni.” ungkapnya kembali.

3. Proses

“Pada prosesnya, perhatikan juga apakah melalui proses bermain. Inti dari PAUD sendiri adalah menjadikan kegiatan bermain menjadi pengalaman terbaik anak,” tutur Ibu Netti.

Bila PAUD hanya berorientasi kepada akademik, sebaiknya dihindari saja Moms.

Perhatikan juga tanda yang diberikan si kecil. Biasanya, PAUD yang prosesnya baik akan membuatnya betah di sekolah.

Baca juga : Untukmu yang Haramkan kata "Jangan" Pada Anak, Adakah Engkau Telah Melupakan Kitabmu?

4. Guru

Inilah faktor yang utama, guru harus memiliki kompetensi.

Menurut Ibu Netti, sebaiknya Moms juga menanyakan apakah guru-guru di PAUD tersebut sudah mendapatkan pelatihan, lulusan mana, dan perhatikan juga caranya berinteraksi pada si kecil

Cara berinteraksi guru akan menjadi penting karena guru harus bicara lemah lembut, ramah, selalu tersenyum yang bahkan senyumnya pun ada standarnya, menurut Ibu Netti.

Kompetensi guru bisa terlihat dari caranya berkomunikasi, membuat rencana dan pelaksanaan pembelajar yang baik.

5. Pengelolaan

Pada aspek pengelolaan ini sebaiknya Moms perhatikan rasio atau perbandingan anak dengan guru.

Apakah satu kelas 30 orang gru Cuma satu?

Rasio guru dengan murid

“Negara sudah menetapkan satu kelas berisi 12-15 orang siswa, semakin kecil usai bayi maka harus semakin sedikit jumlah siswanya”, ungkap beliau lagi.

Bila satu kelas banyak murid namun gurunya hanya satu orang misalnya, akan meningkatkan kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

6. Jam belajarnya

PAUD yang baik ialah memiliki durasi pembelajaran minimal 180 menit. Bisa dilihat juga dari jadwal yang dilakukannya. Baiknya, PAUD memiliki tahapan pembukaan, inti, penutupan pada proses pembelajaran sehari-hari.

7. Pembiayaan

Pembiayaan dilakukan secara transparan dan rinci terkait kegiatan dan lain sebagainya.

8. Cara melakukan penilaian

Bisa ditanyakan juga terkait penilaian yang dilakukan PAUD terhadap pencapaian yang dilakukan anak. “Jangan sampai penilaiannya tersebut mematikan karakter anak karena semua anak berpotensi menjadi jenius”, ungkap Ibu Netti.

Penilaian berupa range dari bagus-jelek dan seperti ujian misalnya akan dapat membunuh karakter dan membuat si kecil rendah diri.

Penilaian harus dilakukan secara edukatif dan bermakna yang dimaksudkan agar si kecil memiliki motivasi untuk terus memperbaiki dirinya.

Kini, PAUD pun sudah mulai memerhatikan gizi sebagai aspek pertumbuhan yang juga penting.

Selain beberapa hal yang disebutkan, Ibu Netti pun menyatakan maksimalnya perkembangan anak juga akan dapat tercapai bila PAUD informal di keluarga dan masyarakat pun turut serta memberikan lingkungan kondusif bagi anak.

Oleh karena itu, Moms sebaiknya jangan ragu untuk mengikutsertakan si kecil bergabung dengan PAUD formal. Namun jangan juga luput untuk tetap mendidik si kecil melalui PAUD informal di keluarga sendiri.

Semoga informasinya bermanfaat ya Bunda..