Kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini memang menjadi sorotan. Bukan saja disebabkan makin beragamnya kasus kekerasan yang dialami anak-anak, tapi intensitasnya pun makin mengkhawatirkan.
Hingga kini, kekerasan terhadap anak-anak masih kerap terjadi di Indonesia hingga dialami para bocah di penjuru dunia.
Baru-baru ini seorang anak pengemis di Padang (Sumatera Barat) mengalami nasib yang malang, dirantai oleh ayahnya sendiri.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Sumatera Barat Kombes Margiyanta baru saja pulang ke tempat tinggalnya di asrama polisi kawasan Lolong, Kelurahan Flamboyan Baru, Kecamatan Padang Barat, saat mendengar permintaan tolong bocah dengan kaki dirantai gembok.
Tak tega membiarkan bocah yang belakangan diketahui berinisial ZRS (11), Margiyanta kemudian membawanya masuk ke rumah. Apalagi, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, waktu yang sangat larut bagi anak-anak berada di luar rumah sendirian.
Sesampai di rumah, ia pelan-pelan menanyai apa yang terjadi pada bocah tersebut, termasuk mengapa ia sampai dirantai. Ia baru menyerahkan ZRS ke Polsek Padang Barat keesokan paginya, Jumat, 12 Januari 2018.
Anggota Polsek Padang Barat lalu membawanya ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Padang. Petugas harus menghadirkan ahli kunci untuk membuka rantai gembok si bocah.
Kepada polisi, ZRS sempat menceritakan kalau ia dirantai oleh ayah tiri dan diketahui ibu kandungnya. Hal itu dilakukan sang ayah tiri agar ZRS tidak kabur dari rumah saat malam hari. Sementara pada pagi hari, ia disuruh mengemis untuk mencari uang dilansir dari liputan6.com.
Kurang dari 2 x 24 jam, Polresta Padang meringkus ayah tiri dan ibu kandung ZRS bernama Muklis (47) dan Noflinda (30). Keduanya ditangkap polisi pada Sabtu dini hari, 13 Januari 2018, seusai pulang memulung di kediamannya, kawasan Kelurahan Flamboyan Baru, Kecamatan Padang Barat, Sumatera Barat.
Baca Juga: Penting! Larangan Shalat Diantara Tiang Masjid
Kepada polisi, Noflinda mengaku merantai kaki anaknya menggunakan rantai becak. Ia juga mengklaim baru sehari saja merantai kaki korban ZRS.
"Kami sepakat berdua dengan suami untuk merantainya agar tidak lari, Pak. Sebab, anak saya ini sering pergi ke tempat istri suami saya satu lagi," katanya.
dari hasil pemeriksaan terungkap bahwa keduanya berkompromi dalam memperlakukan anaknya dengan tidak wajar. Ibu kandung korban menjadi dalang perencanaan kasus ini, sedangkan ayah tirinya bertindak memasang rantai di kaki korban.
"Mereka juga mempekerjakan anaknya sebagai pengemis. Keduanya telah kita tetapkan sebagai tersangka," kata Kapolresta Padang, Minggu, 14 Januari 2018.
Chairul mengatakan, hasil pemeriksaan juga mengungkapkan bahwa dalam sehari mengemis, bocah ZRS mendapat penghasilan sekitar Rp 50 ribu. Pendapatan itu lantas disetorkan kepada ibunya.
"Korban mengaku telah dirantai selama satu tahun lamanya. Parahnya lagi, jika tak dapat hasil mengemis, korban dipukuli menggunakan kabel," ucap Chairul.
Atas perbuatan tersebut, kedua tersangka diancam dengan Pasal 333 ayat (1) KUHP tentang perampasan kemerdekaan dengan ancaman hukuman delapan tahun penjara.
Sementara waktu, Polresta Padang menyerahkan pengasuhan anak pada mantan istri dari ayah kandungnya. "Sekarang bocah itu tinggal dengan Eni yang juga mantan istri ayah kandungnya di kawasan Ulak Karang," kata Kapolresta Padang.
Si anak mengaku dekat dan memang ingin tinggal bersama ibu tirinya itu. Katanya, mamanya yang juga berprofesi sebagai pemulung itu sangat baik. Jadi, mereka sama-sama ingin bersama.
Ketua Divisi Pelayanan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Limpapeh Rumah Gadang Sumbar, Erdawati, mengatakan, pihaknya akan melakukan assessment terlebih dahulu. Jika telah memungkinkan, baru bisa dipulangkan kepada keluarga yang merupakan ayah kandung ZRS.
Ia menjelaskan, assessment tersebut seperti mencari tempat yang aman dan nyaman bagi anak tersebut tinggal. Apabila ayah kandungnya tidak mau mengasuh, pihaknya akan berkoordinasi dengan pekerja sosial dan di sana juga akan ada panti asuhan.
Miris, seorang anak dibawah umur yang belum pantas untuk bekerja (mengemis) dan harusnya berada dalam pelukan hangat orangtua malah mendapat perlakuan yang seperti ini. Bagi para orangtua, Semoga ini menjadi pembelajaran yang baik.
Posting Komentar